Kelas: XI-06
No.: 27
Tes Garpu Tala
Tes
ini menggunakan seperangkat garpu tala yang terdiri dari 5 garpu tala dari nada
c dengan frekwensi 2048 Hz,1024 Hz, 512Hz,256
Hz dan 128 Hz. Keuntungan test garpu tala ialah dapat diperoleh dengan
cepat gambaran keadaan pendengaran penderita.Kekurangannya ialah tidak dapat
ditentukan besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkan garpu
tala, yaitu makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitas yang
didengar. Sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih dapat didengar oleh
telinga normal.
Tes ini dapat menentukan jenis-jenis kehilangan pendengaran, dikenal ada 4 macam tes garputala yang lazim dipakai menggunakan frekuensi 256 Hz dan 512 H.
Alat :
-
Garpu Tala (frekuensi
512 dan 288).
Macam Tes Garpu Tala :
1. TES
RINNE :
Prinsip
tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu
telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang.
Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran
tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada
hantaran udara.
Hasil
Interpretasi :
-
Tes Rinne (+) bila hantaran udara >> hantaran tulang
-
Tes Rinne (-) bila hantaran udara << hantaran tulang.
-
Tes Rinne (+), pada pendengaran normal dan kehilangan pendengaran jenis
sensorineural
-
Tes Rinne (-), pada kehilangan pendengaran jenis hantaran (tuli konduktif).
2. TES
WEBER :
Prinsip
tes ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Telinga
normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama. Bila mendengar langsung
ditanyakan di telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di
kanan disebut lateralisasi ke kanan.
Hasil
Intepretasi :
Bila
terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa kemungkinan, yaitu
1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli
sensory neural
3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory
neural
4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih
berat
5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih
berat
3. TES
SCHWABACH :
Prinsip
tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari penderita dengan hantaran
tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus normal.
Hasil
Intepretasi :
1. Schwabach memendek berarti pemeriksa
masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural.
2. Schwabach memanjang berarti
penderita masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli
konduktif.
3. Schwabach normal berarti
pemeriksa dan penderita sama-sama tidak mendengar dengungan. Karena telinga
pemeriksa normal berarti telinga penderita normal juga. Cara Kerja :
1. Tes
Rinne
a. Menggetarkan
garpu tala (frekuensi 288) dengan salah satu ujungnya pada tepi telapak tangan.
Jangan sekali-kali memukulkan pada benda yang keras.
b. Menekan
gagang penala yang bergetar itu pada Processus Mastoideus salah satu telinga
OP.
c. Menanyakan
pada OP apakah ia mendengar suara penala mendengung pada telinga yang
diperiksa. Bila demikian, meminta OP untuk memberi tanda segera bila dengungan
itu menghilang.
d. Pada
saat itu pemeriksa mengangkat penala dari Processus Mastoideus dan mendekatkan
ujung penala sedekat mungkin di depan telinga yang sedang diperiksa.
e. Menanyakan
pada OP apakah ia sekarang mendengar kembali untuk beberapa saat suara
dengungan penala. Bila ia mendengar kembali, maka menuliskan R(+) pada hasil
pemeriksaan, bila tak mendengar kembali maka menuliskan R(-) pada hasil
pemeriksaan.
f. Mengulangi
percobaan seperti di atas untuk telinga yang lain.
g. Mencatat
hasil pemeriksaan.
2. Tes
Weber
a. Menggetarkan
garpu tala (frekuensi 512) dengan salah satu ujungnya pada tepi telapak tangan.
Jangan sekali-kali memukulkan pada benda yang keras.
b. Menekan
gagang penala yang bergetar itu pada dahi OP di garis meridian.
c. Menanyakan
pada OP apakah ia mendengar suara penala mendengung sama kuat pada kedua telinga. Hasil normal menunjukkan
bila dengungan terdengar sama kuat di kedua telinga, dikatakan tidak ada lateralisasi. Bila dengungan
terdengar lebih kuat pada salah satu telinga, dikatakan lateralisasi ke arah telinga yang terdengar lebih keras (lateralisasi
kanan atau kiri).
d. Bila
pada OP tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi
buatan, yaitu dengan menutup salah satu telinga dengan kapas dan mengulangi
pemeriksaan seperti di atas.
e. Mencatat
hasil pemeriksaan.
3. Tes
Schwabach
a. Menggetarkan
garpu tala (frekuensi 288) dengan salah satu ujungnya pada tepi telapak tangan.
Jangan sekali-kali memukulkan pada benda yang keras.
b. Menekan
gagang penala yang bergetar itu pada Processus Mastoideus salah satu telinga
OP.
c. Meminta
OP mengacungkan tangan pada saat dengungan menghilang.
d. Pada
saat itu, segera memindahkan penala dari Processus Mastoideus OP ke Processus
Mastoideus pemeriksa. Pada pemeriksaan ini telinga pemeriksa dianggap normal.
Nilai normal pengukuran ini adalah schwabach normal (tidak memendek atau
memanjang). Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh OP ternyata masih
terdengar oleh pemeriksa maka kondisi ini disebut Schwabach Memendek. Bila pemeriksa tak mendengar, mengulangi
percobaan sbb : Meletakkan garpu tala yang sudah digetarkan pada Processus
Mastoideus sendiri. Setelah pemeriksa tak mendengar lagi segera memindahkan ke
Processus Mastoideus OP. Bila ternyata OP masih tidak mendengar, maka kondisi
itu disebut Schwabach Memanjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar